Rabu, 09 Desember 2015

RESUM MUSKULOSKELETAL


RESUM MUSKOLOSKELETAL 



ANATOMI MUSKULER


  1. PENGETIAN OTOT
a.       Otot merupakan spesialis kontraksi tubuh (fisiologi manusia dari sel ke sistem. EGC;2011)
b.      Otot merupakan jaringan tubuh yang mempunyai kemampuan mengubah energi kimia menjadi energi mekanik atau gerak, sehingga dapat berkontraksi untuk menggerakkan rangka (histologi dasar. Anthoni;2011)
c.       Otot merupakan alat gerak aktif yang dapat berkontraksi ( Ika Rifqiawati dan Annah El-Hisani; 2011)
d.      Otot merupakan organ yang memungkinkan gerakan rumit baik secara sadar atau secara tidak sadar , seperti kontraksi otot jantung atau gerakan peristalsis pada kerongkongan (Anatomi Fisiologi. Phillip E. Pack;2007)

2        2. FUNGSI OTOT (prinsip anatomi dan fisiologi; 2011)    
a.       Memproduksi gerakan tubuh
Gerakan seluruh tubuh seperti berjalan dan berlari, dan gerakan local seperti memegang pensil, keyboard, atau mengganggukakan kepala sebagai akibat dari kontraksi otot, bergantung pada fungsi yang terintregasi dari tulang, tulang otot, dan sendi
b.      Menstabilkan posisi tubuh
Kontraksi otot rangka menstabilkan sendi dan membantu mempertahankan posisi tubuh, berdiri atau duduk
c.       Menyimpan dan memindahkan zat dalam tubuH
Penyimpanan sementara darah di perut atau urin dalam kandung kemih ini memungkinkan karena sfingter otot polos menututp outlet dari organ organ ini
d.      Menghasilkan panas
Sebagai kontraksi jaringan otot, menghasilkan panas, proses yang dikenal sebagai thermogenesis
3          3. Ciri-ciri Otot
       (Ethel Sloane; 2004)
a.       Kontraktilitas. Serabut otot berkontraksi & menegang, yg dapat atau mungkin juga tidak melibatkan pemendekan otot.
b.      Eksitabilitas. Merespon dengan kuat jika distimulasi o/ impuls saraf.
c.       Ekstensibilitas. Kemampuan u/ meregang melebihi panjang otot saat relax.
d.      Elastisitas. Kembali ke ukuran semula setelah berkontraksi atau meregang.

4.              4. JENIS-JENIS OTOT
    ( Elizabeth J. Corwin; 2009
a.       Otot rangka adalh otot lurik, volunteer dan melekat pada rangka
·         Serabut otot sangat panjang, sampai 30 cm, berbentuk silindris, dengan berkisar antara 10-100 mikron
·         Setiap serabut memiliki banyak inti yang tersusun di bagian perifer
·         Kontraksinya cepat dankuat
b.      Otot polos adalah otot yang tidak berlurik dan involunter. Jenis otot ini dapat di temukan pada dinding organ berongga seperti kandung kemih dan uterus serta pada dinding tuba, seperti pada system respiratorik, pencernaan, reproduksi , urinarius, dan system sirkulasi darah
§  Serabut otot berbentuk spindle dengan nucleus sentral yang terelongasi
§  Serabut ini berukuran kecil, berkisar antara 20 mikron (melapisi pembuluh darah) sampai 0,5 mm pada uterus orang hamil
§  Kontraksinya kuat dan lamban
c.       Otot jantung adalah otot lurik involunter dan hanya di temukan di jantung
·         Serabut terelongasi dan membentuk cabang dengan satu nucleus sentral
·         Panjangnya berkisar 85-100 mikron dan diameternya 15 mikron
·         Diskus terinterkalasi adalah sambungan kuat khusus pada sisi ujung yang bersentuhan dengan sel-sel otot tetangga
·         Kontraksi otot jantung kuat dan berirama

5            5. MEKANISME SISTEM GERAKAN OTOT

Otot mulai berkontraksi apabila terkena rangsangan. Kontraksi otot dikenal dengan nama “model pergeseran filamen” (sliding filament mode) Kontraksi otot diawali oleh datangnya impuls saraf. Pada saat datang impuls, sinapsis atau daerah hubungan antara saraf dan serabut otot dipenuhi oleh asetil-kolin. Asetil-kolin ini akan merembeskan ion-ion kalsium (Ca2+) ke serabut otot. Ion kalsium akan bersenyawa dengan molekul, troponin, dan tropomiosin yang menyebabkan aktomiosin mengerut (berkontraksi). Kontraksi yang terjadi membutuhkan energi.
Saat kontraksi terjadi, filamen aktin akan berjalan di antara miosin ke dalam zona H (zona H, yaitu bagian terang di antara dua pita gelap). Dengan keadaan yang demikian itu, terjadi pemendekan serabut otot. Namun demikian, ada serabut yang tetap panjang, yaitu garis M (anisotrop/pita gelap), sedangkan garis Z (isotrop/pita terang) dan daerah H bertambah pendek waktu terjadi kontraksi. Bagian ujung miosin dapat berkaitan dengan ATP dan menghidrolisis ATP tersebut menjadi ADP. Energi dilepaskan dengan cara mencegah pemindahan ATP ke miosin yang diubah bentuk menjadi konfigurasi energi tinggi. Miosin yang berenergi tinggi tersebut kemudian berikatan dengan aktin membentuk jembatan silang. Segera setelah terbentuk, jembatan silang tersebut membebaskan sejumlah energi dan menyampaikan energi tersebut ke arah aktin. Proses ini menyebabkan aktin mengerut. Secara keseluruhan sarkomer ikut mengerut yang mengakibatkan otot pun berkerut. Kepala miosin akan lepas dari aktin. Proses ini memerlukan ATP yang diambil dari sekitarnya. Dengan peristiwa ini, maka aktin akan lepas dari miosin. Secara keseluruhan otot akan relaksasi kembali.
Proses ini berulang sampai 5 kali dalam jangka waktu satu detik. Kontraksi otot akan berlangsung selama ada rangsangan, apabila tidak ada rangsangan maka ion kalsium akan direabsorpsi. Pada saat itu pun troponin dan tropomiosin tidak memiliki sisi aktif lagi dan sarkomer dalam keadaan istirahat memanjang berelaksasi.
1)      ambar 1 Zona terang dan zona gelap pada otot dan perubahan yang terjadi pada zona tersebut saat kontraksi

2)      Gambar 2 (a) Struktur yang membangun otot rangka, (b) Posisi aktin dan miosin saat relaksasi dan kontraksi

6        6. Karakteristik kontaksi otot
(anatomi dan fisiologi. Philip E. Pack;2007)
Kontraksi isometric : panjang otot dan tonus otot meningkat
Kontraksi isotomik : otot memendek dan tonus otot tetep

  • Tonus otot. Pada setiap otot rangka santai (relaks), kontraksi dalam jumlah kecil terjadi secara terus menerus. Disebut sebagai kekuatan otot, kontraksi ini mempertahankan postur tubuh dan meningkatkan kesiagaan otot
  • Kelelahan otot. Serat otot berhenti berkontraksi ketika jumlah ATP yang tersedia tidak mencukupi. Kekurangan oksigen dan glikogen dan akumulasi asam laktat (sebagai hasil samping produksi ATP dalam keadaan kekurangan oksigen), bersama berkurangnya ATP, semuanya menyebabkan kelelahan otot
7. Kelelahan otot
Dapat terjadi karena otot berkontraksi secara terus-menerus, penyebabnya :
·         Kehabisan cadangan glokogen
·         Gangguan suplai nutrient terutama O2
·         Gangguan aliran darah
·         Transmisi signal melalui neuromuscular junction  berkurang

          8. Sifat kerja otot
·         Fleksor × Ekstensor
·         Supinasi (telapak tangan menghadap keatas) × Pronasi(telapak tangan menghadap kebawah)
·         Depressor × Lefator
·         Sinergis × Antagonis
·         Dilatator × Konstriktor
·         Adductor (tangan dalam keadaan posisi siap mendekati tubuh) × Abduktor (tangan dalam keadaan posisi siap menjauhi tubuh)


PERSENDIAN

A.      PERSENDIAN :
SENDI adalah Tempat dimana dua tulang atau  lebih saling berhubungan, dimana di antara tulang-tulang ini dapat terjadi pergerakan atau tidak

B.      KOMPONEN PENUNJANG SENDI :
a.       Ligamen
Jaringan ikat yang menghubungkan tulang dengan tulang
b.      Tendon
Jaringan ikat yang menghubungkan otot dengan tulang
c.       Cairan Sinovial
Cairan pelumas pada ujung-ujung tulang yang terdapat pada bagian kapsul sendi
d.      Tulang Rawan Hialin
·         Jaringan tulang rawan yang menutupi kedua ujung tulang yang membentuk persendian
·         Berguna untuk menjaga persendian dari benturan keras

C.      KLASIFIKASI SENDI :
1.       Berdasarakan jaringaan peghubungnya :
A)     Sendi fibrosa
Sendi Fibrosa adalah suatu persendian, dimana Permukaan tulang yang bersendi dihubungkan oleh jaringan fibrosa, sehingga kemungkinan geraknya sangat sedikit
Contoh :
a.       Sutura yang menghubungkan tengkorak
b.      Art. Tibio fibularis inferior

B)      Sendi kartilaginosa
Terbagi atas :
a.       Sendi kartilaginosa primer adalah suatu persendiaan yang tulang-tulangnya disatukan oleh suatu lempeng atau potongan rawan hyaline pada persendiaan ini tidak ada pergerakan yang mungkin dilakukan
Contoh:
ü  Persatuan antara epifise dan diafise
ü  Antara iga I dan manubrium sterni
ü  Sendi synovial
ü  Sendi kartilaginosa sekunder
b.      Sendi kartilaginosa sekunder adalah suatu persendian yang tulang-tulangnya disatukan oleh suatu lempeng rawan fibrosa dan permukaan sendi ini diliputi oleh lapisan rawan hialin yang tipis.
Pergerakan yang mungkin dilakukan tergantung pada sifat fisik rawan fibrosa
Contoh:
ü  Art. Intervertebralis
ü  Symphisis osis pubis

C)      Sendi synovial Adalah suatu persendian yang mempunyai kemungkinan gerak banyak sekali, karena terdapatnya diskontinuitet                diantara tulang-tulang yang bersendi (terdapatnya rongga sendi)
Ciri-ciri :
                                                                                       i.      Ujung tulang bersendi dibedakan atas:
ücaput artilacularis
ü cavitas glenoidales
                                                                                     ii.      Cavum articularis
rongga yang terdapat di antara ujung ujung tulang
                                                                                    iii.      Membran synovial
ü rongga sendi yang dibatasi oleh membran synovial yang berjalan dari permukaan sendi yang satu ke yang lainnya
ü Disebelah luar membran sinavial dilindungi oleh kapsula sendi (articularis)
ü Permukaan sendi dilumasi oleh cairan kental: cairan synovial
1)      Sinovial dibatasi oleh:
ü  Bentuk tulang yang membentuk sendi
ü  Struktur anatomi sekitarnya
ü  Ligamentum fibrosa yang menghubungkan
2)      Jenis jenis sendi synovial
Menurut susunan, permukaan dan pergerakan yang mungkin dilakukan, sendi ini terbagi:
a)      Sendi Plana = Datar
ü  permukaan sendi datar atau hampir datar sehingga memungkinkan tulang saling bergeser satu sama lain
ü  pergerkan terbatas, sedikit miring & rotasi
Contoh:
 art. Sterno cavicularis
 art. Acronio clavicularis              
b)      Sendi Engsel = Ginglimus = Hingo Joint
ü  sendi ini mirip engsel pada pintu
ü  sumbu gerak tegak lurus pada arah    panjang tulang
ü  gerakan yang bisa dilakukan
* Flexio
* Ixtensio
contoh:
* sendi lutut
* sendi siku
* sendi mata kaki
c)        Sendi Condyloidea
ü  sendi ini mempunyai permukaan konver yang nyata dan bersendi dengan permukaan yang konkaf
ü  sumbu gerak dan panjang tulang paralel
ü  gerak yang bisa dilakukan:
* flexio
* extensio
* abduksi
* adduksi
* sedikit rotasi
 - contoh:
* art. Metacapo. Phalangea
* art. Interphalangea
d)       Sendi Elipsoidea
ü  permukaan sendi berbentuk konvex ellips yang sesuai dengan permukaan sendi (konkaf ellips)
ü  contoh:
* art. Carpalia
gerak yang bisa dilakukan:
*flexio
*extension
*abduksio
*adduksio
e)      Sendi Pasak/Sendi Kisar
= pivot art. = rotary art
ü  terdapat pasak tulang yang dikelilingi oleh cincin ligamentum tulang
ü  sumbu gerak sesuai panjang tulang
ü  gerak yang bisa dilakukan: rotasio
ü  contoh:
* art. Atlanto-dentalis
* art. Radio ulnaris sup
f)        Sendi Pelana = Art. Sellaris
= saddle – shaplo
ü   permukaan sendi berbentuk konkavo konvex yang saling berlawanan dan  mirip pelana kuda
ü  gerakan yang dapat dilakukan:
* Flexio/extension
* Abduksio/add
* Rotasio
contoh : Art. Carpo-metacacarpa I


g)       Sendi Peluru = ball and socket
 = art. Globoidea
ü  pada sensi ini: kepala sendi berbentuk   bola, lekuk sendi berbentuk socket
ü  bentuk sendi ini memungkinkan pergerakan yang sangat bebas yaitu:flexi, ext, abd, add, rotasi dan circumdixsi
ü  contoh:
* sendi bahu
* sendi panggul


D.      Stabilitas sendi
Tergantung pada:
1.       Bentuk, ukuran dan permukaan sendi
contoh: ball & socket pada sendi panggul
2.       Ligamentum
 Lig. Fibrosa: mencegah pergerakkan sendi yang berlebihan
Lig. Elastik: mengembalikan ke panjang asalnya setelah teregang
3.       Tonus Otot
merupakan faktor utama mengatur stabilitas
Persyaratan Sendi:
*Kapsula dan ligamentum :mendapat banyak suplai saraf sensoris
*Rawan sendi : mempunyai sedikit ujung saraf
E.       Hokum Hilton
Saraf yang mempersarafi sendi juga mempersarafi otot yang menggerakkan sendi dan kulit sekitar insertio otot tersebut




 ANATOMI KEPAPA, LEHER, PUNGGUNG

A.    Muskuloskeletal Kepala
v  Tulang Kepala:

1.      Os. Frontal (tulang bagian depan/ dahi)                                       ( 1,2 Sutura Koronal)
2.      Os. Pariental (ubun-ubun kanan dan kiri)       Sutura Sagitalis
3.      Os. Oksipital (antara Os. Pariental dan Os. Oksipital)       Sutura Lamdoideal
4.      Os. Temporal (antara Os. Temporal dan Os. Pariental)       Sutura Lateral
5.      Os. Spenoidalis (pada pelipis cekungan mata)
6.      Os. Etmoid (tulang sekat hidung)
7.      Os. Nasal (tulang hidung)
8.      Os. Palatum (tulang langit mulut)
9.      Os. Zigomatikum (tulang pipi)
 
10.  Os. Maksilaris (tulang rahang atas)
11.  Os. Mandibula (tulang rahang bawah)
12.  Os. Lakrimal: a. Fosa Lakrimal
     b. Sakus Lakrimal
13.  Os. Hyoid (jakun)
14.  Foramen Magnum (penyambung kepala dan tulang belakang)
15.  Konka nasal


v  Sinus:

16.  Sinus Frontalis
17.  Sinus Spinoidalis
18.  Sinus Edmoidalis
19.  Sinus Maksilaris


v  Otot:

20.  Otot Kepala :
 a. Otot Puncak Kepala   pada Frontalis hingga keOcipitalis (Ocipitofrontalis)
 b. Otot Wajah       M. Orbikularis Okuli (mata), M. Levator Papebra
c. Otot Mulut & Bibir   M. Triangularis, M. Kuadratus Labii   Superior
21. Otot Temporal & Pariental       M. Temporoparientalis
22. Otot Mata       M. Rektus Okulli & M. Oblikus Okulli
23. Otot Mulut & Bibir:
a. M. Kuadratus Labii Inferior            e. M. Depresor Labii Inferioris Oris
            b. M. Bukinator                                   f. M. Depresor Anguli Oris
c. M. Zigomatikus(mayor&minor)      g. M. Levator Anguli Oris
                        d. M. Orbikularis Oris (otot melingkari bibir)
            24. Otot Pengunyah:
                        a. M. Maseter (mengangkat tulang bawah)
                        b. M. Temporalis
                        c. M. Peterigoid
            25. Otot Lidah:
                        a. M. Genioglosus (mendorong lidah kedepan)         
                        b. M. Stilogonus (menarik lidah keatas dan kebawah)





B.     Muskuloskeletal Dada
v  Tulang Dada:
1.      Os. Costae (tulang rusuk)
2.      Os. Sternum:
a.       Os. Manubrium Sterni (atas)
b.      Os. Corpus Sternum (tengah)
c.       Os. Proccesus Xyphoideus (tajuk pedang)
d.      Os. Angulus Strerni (pembatas antara sternum & costae)
e.       Os. Incisura        -     Incisura Jugularis (lengkungan atas)
-          Incisura Clavikularis (lengkungan samping)
-          Incisura Costae (lengkungan costae)
3.      Os. Cartilago Costalis (tulang rawan)
v  Otot Dada:
4.      M. Pektoralis Mayor (luar bagian mamae)
5.      M. Pektoris Minor (dalam bagian mamae)
6.      M. Subclavicula (bawah clavicula)
7.      M. Seratus Anterior Superior (bawah mamae)
8.      M. Seratus Anterior Inferior (bawah superior)
9.      M. Intercostalis Eksternal/ Internal (otot antara costae)
10.  M. Diafragmatikus (otot diafragma)









C.    Muskuloskeletal Perut
v  Otot Dinding Perut:
1.      M. Abdominis Interna
2.      M. Abdominis Eksterna
3.      M. Oblikus Internus/ Eksternus Abdominis
4.      M. Aponeurosis
5.      M. Transversus Abdominis
v  Otot Dinding Depan Perut:
6.      M. Rectus Abdominis
7.      M. Psoas (M. Quadratus Lumborum)
8.      M. Iliatus
9.      Ligamen Inguinal
10.  Linea Alba 



PENGKAJIAN DAN PEMERIKSAAN SISTEM MUSKULOSKELETAL



DATA SUBYEKTIF

  1. Data Biografi
  2. Riwayat Perkembangan
  3. Riwayat Sosial
  4. Riwayat Kesehatan Dahulu
  5. Riwayat Keluarga
  6. Riwayat Diet
  7. Aktivitas sehari-hari
  8. Riwayat Kesehatan Sekarang
  9. Keluhan Utama (nyeri, kekakuan, deformitas, kelainan fungsi)



PEMERIKSAAN FISIK

       Teknik inspeksi dan palpasi digunkan untuk mengevaluasi integritas tulang, postur, fungsi sendi, kekuatan otot, cara berjalan dan kemampuan aktivitas harian

       Dasar pengkajiannya adalah perbandingan simetrisitas bagian tubuh

       Kedalam pengkajian tergantung pada keluhan pasien dan riwayat kesehatan serta temuan pemeriksaan fisik dan penunjang
Otot


- Perhatikan kemampuan mengubah posisi, kekuatan dan koordinasi serta ukuran masing2

   -  Kaji (palpasi) tonus otot, konsistensi atau tegangan pada otot yang sedang istirahat


Kaji massa otot (disertai pengukuran lingkar paha, betis dan lengan atas)


- Kaji kekuatan otot (skala 0-5): paralisis, paresis, kelemahan parah, sedang ringan, normal)







Tulang:


Kaji adanya deformitas dan kesejajaran

- Inspeksi adanya abnormalitas/deformitas tulang
- Ukur tinggi badan klien dan panjang tiap ekstrimitas sebagai perbandingan
- Inspeksi kesejajaran kepala dengan tubuh
- Inspeksi dan palpasi kesejajaran scapula
- Inspeksi & Palpasi kurvatura spinal thoraksic dan lumbal (kesejajaran &nyeri tekan)



Sendi

- Inspeksi adanya abnormalitas (adanya eritema,  edema, efusi) atau deformitas pada bentuk  (kontraktur, dislokasi, subluksasi)

-  Palpasi pada seluruh bagian sendi pada saat istirahat dan bergerak (N: sendi bergerak secara halus)
-  Palpasi adanya nyeri, peningkatan suhu (inflamasi), krepitasi (permukaan sendi kurang rata), suara gemeltuk (adanya ligament yang tergelincir diantara tonjolan tulang) pada sendi yang dikeluhkan
-  Kaji rentang gerak sendi (ROM) àbebas atau terbatas (dengan menggunakan goniometer)
-  Kadang ukuran sendi menonjol akibat atrofi otot di bagian proksimal dan distal sendi
-  Benjolan pada jaringan sekitar sendi ditemukan pada kasus rheumatoid arthritis, gout, dan osteoarthritis

PENGKAJIAN TAMBAHAN
                Cara berjalan :
-   Perhatikan kehalusan dan iramanya
-     Setiap gerakan yang tidak teratur/ireguler dianggap tidak normal
- Penyebab kelainan gaya berjalan: panjang ekstrimitas bawah asimiteris, keterbatasan gerak sendi, gangguan neurologis (spastik hemiparese (stroke), propulsive (Parkinson’s), scissors (cerebral palsy), wadding (hip dislocation), steppage (herniasi disc. Lumbar, GBS, nerve damage
 


PEMERIKSAAN PENUNJANG



1.       Sinar X

Menggambarkan kepadatan tulang, tekstur, erosi dan perubahan hubungan tulang. Sinar-X multipel diperlukan untuk pengkajian paripurna struktur yang sedang diperiksa. Sinar-X korteks tulang dapat menunjukkan adanya pelebaran, penyempitan dan tanda iregularitas. Sinar – X sendi dapat menunjukkan adanya cairan, iregularitas, penyempitan, dan perubahan struktur sendi



2.       CT Scan


Menunjukkan rincian bidang tertentu dan dapat memperlihatkan tumor jaringan lunak atau cedera ligamen atau tendon. CT Scan digunakan untuk mengindentifikasi lokasi dan panjangnya patah tulang di daerah yang sulit dievaluasi, seperti asetabulum. Pemeriksaan dilakukan bisa dengan atau tanpa kontras dan berlangsung sekitar satu jam.



3.       MRI


Teknik pencitraan khusus, non invasif yang menggunakan medan magnet, gelombang radio, dan komputer untuk memperlihatkan abnormalitas, misal tumor atau penyempitan jaringan lunak. Klien yang mengenakan implant logam atau pacemaker tidak bisa menjalani pemeriksaan ini. Perhiasaan harus dilepas, klien yang klaustrofobia biasanya tidak mampu menghadapi ruangan tertutup tanpa penenang



4.       Angiografi


Pemeriksaan sisitem arteri. Suatu bahan kontras radiopaque diinjeksikan ke dalam arteri tertentu, dan diambil foto sinar-X serial sistem arteri yang dipasok oleh arteri tersebut. Pemeriksaan ini sangat baik untuk mengkaji perfusi arteri dan bisa digunakan untuk indikasi tindakan amputasi yang akan dilaksanakan. Perawatan setelah dilakukan prosedur yaitu klien dibiarkan berbaring selama 12-24 jam untuk mencegah perdarahan pada tempat penusukan untuk melihat adanya pembengkakan, perdarahan dan hematoma serta nya pantau ekstremitas bagian distalnya untuk menilai apakah sirkulasinya adekuat.



5.       DSA


Menggunakan teknologi komputer untuk menggambarkan sistem arteri melalui kateter vena. Sedangkan, venogram adalah pemeriksaan sistem vena yang sering digunakan untuk mendeteksi adanya trombosis vena dalam



6.       Mielografi


Suatu pemeriksaan dengan menyuntikkan bahan kontras ke dalam rongga subarakhnoid spinalis lumbal, dilakukan untuk melihat adanya herniasi diskus, stenosis spinal (penyempitan kanalis spinalis) atau adanya tumor. Sementara, diskografi adalah pemeriksaan diskus vertebralis dengan menyuntikkan bahan kontras ke dalam diskus dan dilihat distribusinya



7.       Arthrografi


Penyuntikkan bahan radiopaque atau udara ke dalam rongga sendi untuk melihat struktur jaringan lunak dan kontur sendi. Sendi diletakkan dalam kisaran pergerakannya sementara diambil gambar sinar-X serial. Pemeriksaan ini sangat berguna untukmengidentifikasi adanya robekan akut atau kronik kapsul sendi atau ligamen penyangga lutut, bahu, tumit, pinggul dan pergelangan tangan. Bila terdapat robekan bahan kontras akan mengalami kebocoran keluar sendi dan akan terlihat dengan sinar-X. Perawatan setelah dilakukan artrogram, imobilisasi sendi selama 12-24 jam dan diberi balut tekan elastis. Tingkatkan kenyamanan klien sesuai kebutuhan



8.       Arthrosentesis


Dilakukan untuk memperoleh cairan sinovial untuk keperluan pemeriksaan atau untuk meghilangkan nyeri akibat efusi. Normalnya, cairan sinovial adalah jernih dan volumenya sedikit. Cairan sinovial lalu diperiksa secara makroskopis terkait dengan volume, warna, kejernihan, dan adanya bekuan musin. Secara mikroskopis diperiksa jumlah sel, identifikasi sel, pewarnaan Gram, dan elemen penyusunannya. Pemeriksaan ini sangat berguna untuk mendiagnosis reumatoid artritis dan atrofi inflamasi, serta hemartrosis (perdarahan di rongga sendi) yang mengarah pada trauma atau kecenderungan perdarahan.



9.       Arthroskopi


Merupakan prosedur endoskopi yang memungkinkan pandangan langsung ke dalam sendi. Pemeriksaan ini dilakukan di kamar operasi dan memerlukan anestesi lokal atau umum sebelumnya. Jarum bor besar dimasukkan dan sendi direnggangkan dengan salin. Artroskop kemudian dimasukkan dan struktur sendi, sinovium dan permukaan sendi dapat dilihat. Perawatan yang dilakukan setelah tindakan adalah dengan menutup luka dengan balutan steril. Sendi dibalut dengan balutan tekan untuk menghindari pembengkakan. Kompres es diberikan untuk mengurangi edema dan rasa tidak nyaman.



10.   Skintigrafi tulang


Menggambarkan derajat sejauh mana matriks tulang “mengambil” isotop radioaktif khusus tulang yang diinjeksikan ke dalam sistem tersebut. Pemindai dilakukan empat sampai enam jam setelah isotop diinjeksikan. Derajat ambilan nuklida berhubungan langsung dengan metabolisme   tulang. Peningkatan ambilan tampak pada penyakit primer tulang (osteomielitis) dan pada jenis patah tulang.



11.   Termografi


Mengukur derajat pancaran panas dari permukaan kulit. Kondisi inflamasi seperti artritis dan infeksi, neoplasma harus dievakuasi. Pemeriksaan serial berguna untuk mendokumentasikan episode inflamasi dan respons klien terhadap terapi pengobatan antiinflamasi



12.   Elektromiografi


Memberi infoemasi mengenai potensial listrik otot dan saraf yang menyarafi. Tujuannya adalah menentukan abnormalitas fungsi  unit motor end. Setelah tindakan berikan kompres hangat untuk mengurangi ketidaknyamanan.



13.   Absorbsiometri foton tunggal dan ganda

Uji noninvasif untuk menentukan kandungan mineral tulang pada pergelangan tangan atau tulang belakang. Osteoporosis dapat dideteksi dengan menggunakan alat densitometry



14.   Biopsi


Dilakukan untuk menentukan struktur dan komposisi tulang, otot, dan sinovium serta untuk membantu menentukan penyakit tertentu. Tindakan yang dilakukan setelah pelaksanaan prosedur adalah  memantau adanya edema, perdarahan dan nyeri. Kompres es dapat diberikan untuk mengurangi edema, bahkan pemberian analgetik untuk mengatasi nyeri.



15.   Pemeriksaan LAB

          Pemeriksaan darah dan urine pasien dapat memberikan informasi mengenai masalah musculoskeletal primer, atau komplikasi yang terjadi sebagai dasar acuan pemberi terapi. Pemeriksaan darah lengkap meliputi kadar hemoglobin (biasanya lebih rendah apabila terjadi perdarahan karena trauma), dan hitung darah putih. Sebelum dilakukan pembedahan, periksa bekuan darah untuk mendeteksi kecenderungan pendarahan. Karena tulang merupakan jaringan yang sangat vaskuler.

          Pemeriksaan kimia darah memberikan data mengenai berbagai macam kondisi muskuloskeletal, kadar kalsium serum berubahpada osteomalasiya fungsi paratiroit, penyakit paget, tumor tulang metastasis, dan pada imobilisasi lama. Kadar fosfor serum berbanding terbalik dengan kadar kalsium dan menurun pada rikets yang berhubungan dengan sindrom malapsorpsi. Fosfatase asam meningkat pada penyakit paget dan kangker metastasis.fosfatase alkali meningkat selama penyembuhan patah tulang dan pada penyakit pada peningkatan aktifitas osteoblas. 
          Metabolisme tulang dapat dievaluasi melalui pemeriksaan tiroid dan penentuan kadar kalsitosin, gormon paratiroid, dan vitamin D. kadar enzim serum keratin kinase (CK) dan serum glumatic-oxaloacetic transeminase (SGOT, aspartae aminotransferase) meningkat pada kerusakan otot. Aldolase meningkat pada penyakit otot (mis. distrofi otot dan nekrosis oto skelet). Kadar kalsium urine meningkat pada destruksi tulang (disfungsi paratiroid, tumor tulang metastasis, myeloma multiple).


DIAGNOSA DAN INTERVENSI KEPERAWATAN PADA SISTEM MUSKULOSKELETAL



1.       Dx Keperawatan     : Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri.
Tujuan               : Klien dapat melakukan gerak dan ambulasi.

Kriteria Hasil  : Meningkatkan / mempertahankan / mamperhatikan morilisasi pada  tingkat paling tinggi.


Intervensi

·         Observasi tingkat mobilisasi.

·         Membantu/intruksikan klien untuk latihan gerak aktif pasif pada ekstremitas yang sakit maupun yang tidak sakit.

·         Mendekatkan alat-alat yang dibutuhkan klien.

·         Kolaborasi dengan ahli fisioterapi dalam pemberian terapi.



2.       Dx Keperawatan       : Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan trauma jaringan   sekunder terhadap pembedahan

Tujuan                       : Kebutuhan rasa nyaman terpenuhi.

Kriteria Hasil           : Nyeri hilang atau berkurang
Intervensi

Evaluasi keluhan nyeri, lokasi, karakteristik  dan intensitas nyeri

- Memberikan posisi senyaman mungkin pada pasien

Mengajarkan teknik relaksasi nafas dalam.
- Kolaborasi pemberian analgesik.


   DAFTAR PUSTAKA

Lukman. Ns dan Ningsih Nurna. 2009. Asuhan Keperawatan pada Klien dengan gangguan
sistem muskuloskeletal. Jakarta : Penerbit Salemba Medika
Taylor. M. Cyntia. 2010. Diagnosis Keperawatandengan Rencana Asuhan Keperawatan.
Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC
Wylie. Linda. 2010. Esensial Anatomi dan Fisologi dalam Asuhan Keperawatan dalam
Asuhan Marternitas. Jakarta : EGC.
Setiadi.2007.Anatomi dan Fisiologi Manusia.Yogyakarta: Graha Ilmu
Suddarth,Brunner.2001.Keperawatan Medikal-Bedah edisi 8 vol.5.Jakarta: EGC
Tank,Patrick W,Thomas R.Gest.2009.Atlas Anatomi.Jakarta: Airlangga