RESUM MUSKOLOSKELETAL
- PENGETIAN OTOT
a.
Otot merupakan spesialis kontraksi
tubuh (fisiologi manusia dari sel ke sistem. EGC;2011)
b.
Otot merupakan jaringan tubuh yang
mempunyai kemampuan mengubah energi kimia menjadi energi mekanik atau gerak,
sehingga dapat berkontraksi untuk menggerakkan rangka (histologi dasar.
Anthoni;2011)
c.
Otot merupakan alat gerak aktif yang
dapat berkontraksi ( Ika Rifqiawati dan Annah El-Hisani; 2011)
d.
Otot merupakan organ yang
memungkinkan gerakan rumit baik secara sadar atau secara tidak sadar , seperti
kontraksi otot jantung atau gerakan peristalsis pada kerongkongan (Anatomi
Fisiologi. Phillip E. Pack;2007)
2 2. FUNGSI OTOT (prinsip anatomi dan fisiologi;
2011)
a.
Memproduksi gerakan tubuh
Gerakan
seluruh tubuh seperti berjalan dan berlari, dan gerakan local seperti memegang
pensil, keyboard, atau mengganggukakan kepala sebagai akibat dari kontraksi
otot, bergantung pada fungsi yang terintregasi dari tulang, tulang otot, dan
sendi
b.
Menstabilkan posisi tubuh
Kontraksi
otot rangka menstabilkan sendi dan membantu mempertahankan posisi tubuh,
berdiri atau duduk
c.
Menyimpan dan memindahkan zat dalam
tubuH
Penyimpanan
sementara darah di perut atau urin dalam kandung kemih ini memungkinkan karena
sfingter otot polos menututp outlet dari organ organ ini
d.
Menghasilkan panas
Sebagai
kontraksi jaringan otot, menghasilkan panas, proses yang dikenal sebagai
thermogenesis
3 3. Ciri-ciri Otot
(Ethel Sloane; 2004)
a.
Kontraktilitas. Serabut otot berkontraksi & menegang, yg
dapat atau mungkin juga tidak melibatkan pemendekan otot.
b.
Eksitabilitas. Merespon dengan kuat jika distimulasi o/ impuls
saraf.
c.
Ekstensibilitas. Kemampuan u/ meregang melebihi panjang otot
saat relax.
d.
Elastisitas. Kembali ke ukuran semula setelah berkontraksi
atau meregang.
4. 4. JENIS-JENIS OTOT
( Elizabeth J. Corwin; 2009
a.
Otot rangka adalh otot lurik,
volunteer dan melekat pada rangka
·
Serabut otot sangat panjang, sampai
30 cm, berbentuk silindris, dengan berkisar antara 10-100 mikron
·
Setiap serabut memiliki banyak inti yang
tersusun di bagian perifer
·
Kontraksinya cepat dankuat
b.
Otot polos adalah otot yang tidak
berlurik dan involunter. Jenis otot ini dapat di temukan pada dinding organ
berongga seperti kandung kemih dan uterus serta pada dinding tuba, seperti pada
system respiratorik, pencernaan, reproduksi , urinarius, dan system sirkulasi
darah
§ Serabut otot berbentuk spindle dengan nucleus sentral yang
terelongasi
§ Serabut ini berukuran kecil, berkisar antara 20 mikron
(melapisi pembuluh darah) sampai 0,5 mm pada uterus orang hamil
§ Kontraksinya kuat dan lamban
c.
Otot jantung adalah otot lurik
involunter dan hanya di temukan di jantung
·
Serabut terelongasi dan membentuk
cabang dengan satu nucleus sentral
·
Panjangnya berkisar 85-100 mikron
dan diameternya 15 mikron
·
Diskus terinterkalasi adalah
sambungan kuat khusus pada sisi ujung yang bersentuhan dengan sel-sel otot
tetangga
·
Kontraksi otot jantung kuat dan
berirama
5 5. MEKANISME
SISTEM GERAKAN OTOT
Otot mulai berkontraksi apabila terkena rangsangan. Kontraksi otot dikenal dengan nama “model pergeseran filamen” (sliding filament mode) Kontraksi otot diawali oleh datangnya impuls saraf. Pada saat datang impuls, sinapsis atau daerah hubungan antara saraf dan serabut otot dipenuhi oleh asetil-kolin. Asetil-kolin ini akan merembeskan ion-ion kalsium (Ca2+) ke serabut otot. Ion kalsium akan bersenyawa dengan molekul, troponin, dan tropomiosin yang menyebabkan aktomiosin mengerut (berkontraksi). Kontraksi yang terjadi membutuhkan energi.
Saat kontraksi terjadi, filamen aktin akan berjalan di antara miosin ke dalam zona H (zona H, yaitu bagian terang di antara dua pita gelap). Dengan keadaan yang demikian itu, terjadi pemendekan serabut otot. Namun demikian, ada serabut yang tetap panjang, yaitu garis M (anisotrop/pita gelap), sedangkan garis Z (isotrop/pita terang) dan daerah H bertambah pendek waktu terjadi kontraksi. Bagian ujung miosin dapat berkaitan dengan ATP dan menghidrolisis ATP tersebut menjadi ADP. Energi dilepaskan dengan cara mencegah pemindahan ATP ke miosin yang diubah bentuk menjadi konfigurasi energi tinggi. Miosin yang berenergi tinggi tersebut kemudian berikatan dengan aktin membentuk jembatan silang. Segera setelah terbentuk, jembatan silang tersebut membebaskan sejumlah energi dan menyampaikan energi tersebut ke arah aktin. Proses ini menyebabkan aktin mengerut. Secara keseluruhan sarkomer ikut mengerut yang mengakibatkan otot pun berkerut. Kepala miosin akan lepas dari aktin. Proses ini memerlukan ATP yang diambil dari sekitarnya. Dengan peristiwa ini, maka aktin akan lepas dari miosin. Secara keseluruhan otot akan relaksasi kembali.
Proses ini berulang sampai 5 kali dalam jangka waktu satu detik. Kontraksi otot akan berlangsung selama ada rangsangan, apabila tidak ada rangsangan maka ion kalsium akan direabsorpsi. Pada saat itu pun troponin dan tropomiosin tidak memiliki sisi aktif lagi dan sarkomer dalam keadaan istirahat memanjang berelaksasi.
1)
ambar 1 Zona terang dan zona gelap pada otot dan
perubahan yang terjadi pada zona tersebut saat kontraksi
2)
Gambar 2 (a) Struktur yang membangun otot
rangka, (b) Posisi aktin dan miosin saat relaksasi dan kontraksi
6 6. Karakteristik kontaksi otot
(anatomi dan fisiologi. Philip E. Pack;2007)
Kontraksi isometric : panjang otot dan tonus otot meningkat
Kontraksi isotomik : otot memendek dan tonus otot tetep
- Tonus otot. Pada setiap otot rangka santai (relaks), kontraksi dalam jumlah kecil terjadi secara terus menerus. Disebut sebagai kekuatan otot, kontraksi ini mempertahankan postur tubuh dan meningkatkan kesiagaan otot
- Kelelahan otot. Serat otot berhenti berkontraksi ketika jumlah ATP yang tersedia tidak mencukupi. Kekurangan oksigen dan glikogen dan akumulasi asam laktat (sebagai hasil samping produksi ATP dalam keadaan kekurangan oksigen), bersama berkurangnya ATP, semuanya menyebabkan kelelahan otot
7. Kelelahan otot
Dapat terjadi karena otot berkontraksi secara terus-menerus, penyebabnya :
·
Kehabisan cadangan glokogen
·
Gangguan suplai nutrient terutama O2
·
Gangguan aliran darah
·
Transmisi signal melalui neuromuscular
junction berkurang
8. Sifat kerja otot
·
Fleksor × Ekstensor
·
Supinasi (telapak tangan menghadap
keatas) × Pronasi(telapak tangan menghadap kebawah)
·
Depressor × Lefator
·
Sinergis × Antagonis
·
Dilatator × Konstriktor
·
Adductor (tangan dalam keadaan posisi
siap mendekati tubuh) × Abduktor (tangan dalam keadaan posisi siap menjauhi
tubuh)
PERSENDIAN
A. PERSENDIAN
:
SENDI adalah Tempat
dimana dua tulang atau lebih saling
berhubungan, dimana di antara tulang-tulang ini dapat terjadi pergerakan atau
tidak
B. KOMPONEN
PENUNJANG SENDI :
a.
Ligamen
Jaringan ikat yang menghubungkan tulang dengan tulang
b.
Tendon
Jaringan ikat yang menghubungkan otot dengan tulang
c.
Cairan Sinovial
Cairan pelumas pada ujung-ujung tulang yang terdapat pada bagian kapsul
sendi
d.
Tulang Rawan Hialin
·
Jaringan tulang rawan yang menutupi kedua ujung
tulang yang membentuk persendian
C. KLASIFIKASI
SENDI :
1.
Berdasarakan jaringaan peghubungnya :
A)
Sendi fibrosa
Sendi Fibrosa adalah suatu persendian, dimana Permukaan
tulang yang bersendi dihubungkan oleh jaringan fibrosa, sehingga kemungkinan
geraknya sangat sedikit
Contoh :
a.
Sutura yang menghubungkan tengkorak
b.
Art. Tibio fibularis inferior
B)
Sendi kartilaginosa
Terbagi atas :
a.
Sendi kartilaginosa primer adalah suatu
persendiaan yang tulang-tulangnya disatukan oleh suatu lempeng atau potongan
rawan hyaline pada persendiaan ini tidak ada pergerakan yang mungkin dilakukan
Contoh:
ü
Persatuan antara epifise dan diafise
ü
Antara iga I dan manubrium sterni
ü
Sendi synovial
ü
Sendi kartilaginosa sekunder
b.
Sendi kartilaginosa sekunder adalah suatu
persendian yang tulang-tulangnya disatukan oleh suatu lempeng rawan fibrosa dan
permukaan sendi ini diliputi oleh lapisan rawan hialin yang tipis.
Pergerakan yang mungkin dilakukan tergantung pada sifat fisik rawan
fibrosa
Contoh:
ü
Art. Intervertebralis
ü
Symphisis osis pubis
C)
Sendi synovial Adalah suatu persendian yang mempunyai
kemungkinan gerak banyak sekali, karena terdapatnya diskontinuitet diantara tulang-tulang yang
bersendi (terdapatnya rongga sendi)
Ciri-ciri :
i.
Ujung tulang bersendi dibedakan atas:
ücaput
artilacularis
ü
cavitas glenoidales
ii.
Cavum articularis
rongga yang terdapat di antara ujung ujung tulang
iii.
Membran synovial
ü rongga
sendi yang dibatasi oleh membran synovial yang berjalan dari permukaan sendi
yang satu ke yang lainnya
ü Disebelah
luar membran sinavial dilindungi oleh kapsula sendi (articularis)
ü Permukaan
sendi dilumasi oleh cairan kental: cairan synovial
1)
Sinovial dibatasi oleh:
ü
Bentuk tulang yang membentuk sendi
ü
Struktur anatomi sekitarnya
ü
Ligamentum fibrosa yang menghubungkan
2)
Jenis jenis sendi synovial
a)
Sendi Plana = Datar
ü
permukaan sendi datar atau hampir datar sehingga
memungkinkan tulang saling bergeser satu sama lain
ü
pergerkan terbatas, sedikit miring & rotasi
Contoh:
art. Sterno cavicularis
art. Acronio clavicularis
b)
Sendi Engsel = Ginglimus = Hingo Joint
ü
sendi ini mirip engsel pada pintu
ü
sumbu gerak tegak lurus pada arah panjang tulang
ü
gerakan yang bisa dilakukan
* Flexio
* Ixtensio
contoh:
* sendi lutut
* sendi siku
* sendi mata kaki
c)
Sendi
Condyloidea
ü
sendi ini mempunyai permukaan konver yang nyata
dan bersendi dengan permukaan yang konkaf
ü
sumbu gerak dan panjang tulang paralel
ü
gerak yang bisa dilakukan:
* flexio
* extensio
* abduksi
* adduksi
* sedikit rotasi
- contoh:
* art. Metacapo. Phalangea
* art. Interphalangea
d)
Sendi
Elipsoidea
ü
permukaan sendi berbentuk konvex ellips yang
sesuai dengan permukaan sendi (konkaf ellips)
ü
contoh:
* art. Carpalia
gerak yang bisa dilakukan:
*flexio
*extension
*abduksio
*adduksio
e)
Sendi Pasak/Sendi Kisar
= pivot art. = rotary art
ü
terdapat pasak tulang yang dikelilingi oleh
cincin ligamentum tulang
ü
sumbu gerak sesuai panjang tulang
ü
gerak yang bisa dilakukan: rotasio
ü
contoh:
* art. Atlanto-dentalis
* art. Radio ulnaris sup
f)
Sendi
Pelana = Art. Sellaris
= saddle – shaplo
ü permukaan sendi berbentuk konkavo konvex yang
saling berlawanan dan mirip pelana kuda
ü gerakan
yang dapat dilakukan:
* Flexio/extension
* Abduksio/add
* Rotasio
contoh : Art. Carpo-metacacarpa I
g)
Sendi
Peluru = ball and socket
= art. Globoidea
ü
pada sensi ini: kepala sendi berbentuk bola, lekuk sendi berbentuk socket
ü
bentuk sendi ini memungkinkan pergerakan yang
sangat bebas yaitu:flexi, ext, abd, add, rotasi dan circumdixsi
ü
contoh:
* sendi bahu
*
sendi panggul
D.
Stabilitas sendi
Tergantung pada:
1.
Bentuk, ukuran dan permukaan sendi
contoh: ball & socket pada sendi panggul
2.
Ligamentum
Lig. Fibrosa: mencegah pergerakkan
sendi yang berlebihan
Lig. Elastik: mengembalikan ke panjang asalnya setelah teregang
3.
Tonus Otot
merupakan
faktor utama mengatur stabilitas
Persyaratan Sendi:
*Kapsula dan ligamentum :mendapat
banyak suplai saraf sensoris
*Rawan sendi : mempunyai sedikit ujung saraf
E.
Hokum Hilton
Saraf
yang mempersarafi sendi juga mempersarafi otot yang menggerakkan sendi dan
kulit sekitar insertio otot tersebut
ANATOMI KEPAPA, LEHER, PUNGGUNG
A.
Muskuloskeletal
Kepala
v Tulang
Kepala:
1. Os. Frontal
(tulang bagian depan/ dahi) ( 1,2 Sutura Koronal)
2. Os.
Pariental (ubun-ubun kanan dan kiri) Sutura Sagitalis
3. Os.
Oksipital (antara Os. Pariental dan Os. Oksipital) Sutura Lamdoideal
4. Os.
Temporal (antara Os. Temporal dan Os. Pariental) Sutura Lateral
6. Os.
Etmoid (tulang sekat hidung)
7. Os.
Nasal (tulang hidung)
8. Os.
Palatum (tulang langit mulut)
9. Os.
Zigomatikum (tulang pipi)
11. Os.
Mandibula (tulang rahang bawah)
12. Os.
Lakrimal: a. Fosa Lakrimal
b. Sakus Lakrimal
13. Os.
Hyoid (jakun)
14. Foramen
Magnum (penyambung kepala dan tulang belakang)
15. Konka
nasal
v Sinus:
17. Sinus
Spinoidalis
18. Sinus
Edmoidalis
19. Sinus
Maksilaris
v Otot:
b. Otot Wajah M. Orbikularis Okuli (mata), M. Levator
Papebra
c.
Otot Mulut & Bibir M. Triangularis,
M. Kuadratus Labii Superior
21.
Otot Temporal & Pariental M.
Temporoparientalis
22.
Otot Mata M. Rektus Okulli & M.
Oblikus Okulli
23. Otot Mulut & Bibir:
a. M. Kuadratus Labii
Inferior e. M. Depresor Labii
Inferioris Oris
b.
M. Bukinator f.
M. Depresor Anguli Oris
c. M.
Zigomatikus(mayor&minor) g. M.
Levator Anguli Oris
d.
M. Orbikularis Oris (otot melingkari bibir)
24.
Otot Pengunyah:
a.
M. Maseter (mengangkat tulang bawah)
b.
M. Temporalis
c.
M. Peterigoid
a.
M. Genioglosus (mendorong lidah kedepan)
b.
M. Stilogonus (menarik lidah keatas dan kebawah)
B.
Muskuloskeletal
Dada
1. Os.
Costae (tulang rusuk)
2. Os.
Sternum:
a. Os.
Manubrium Sterni (atas)
b. Os.
Corpus Sternum (tengah)
c. Os.
Proccesus Xyphoideus (tajuk pedang)
d. Os.
Angulus Strerni (pembatas antara sternum & costae)
e. Os.
Incisura -
Incisura Jugularis (lengkungan atas)
-
Incisura Clavikularis (lengkungan
samping)
-
Incisura Costae (lengkungan costae)
3. Os.
Cartilago Costalis (tulang rawan)
4. M.
Pektoralis Mayor (luar bagian mamae)
5. M.
Pektoris Minor (dalam bagian mamae)
6. M.
Subclavicula (bawah clavicula)
7. M.
Seratus Anterior Superior (bawah mamae)
8. M.
Seratus Anterior Inferior (bawah superior)
9. M.
Intercostalis Eksternal/ Internal (otot antara costae)
10. M.
Diafragmatikus (otot diafragma)
C.
Muskuloskeletal
Perut
1. M.
Abdominis Interna
2. M.
Abdominis Eksterna
3. M.
Oblikus Internus/ Eksternus Abdominis
4. M.
Aponeurosis
5. M.
Transversus Abdominis
v Otot
Dinding Depan Perut:
6. M.
Rectus Abdominis
7. M.
Psoas (M. Quadratus Lumborum)
8. M.
Iliatus
9. Ligamen
Inguinal
10. Linea
Alba
DIAGNOSA DAN INTERVENSI KEPERAWATAN PADA SISTEM MUSKULOSKELETAL
PENGKAJIAN DAN PEMERIKSAAN SISTEM MUSKULOSKELETAL
DATA SUBYEKTIF
- Data Biografi
- Riwayat Perkembangan
- Riwayat Sosial
- Riwayat Kesehatan Dahulu
- Riwayat Keluarga
- Riwayat Diet
- Aktivitas sehari-hari
- Riwayat Kesehatan Sekarang
- Keluhan Utama (nyeri, kekakuan, deformitas, kelainan fungsi)
PEMERIKSAAN FISIK
• Teknik inspeksi dan palpasi digunkan untuk mengevaluasi
integritas tulang, postur, fungsi sendi, kekuatan otot, cara berjalan dan
kemampuan aktivitas harian
• Dasar pengkajiannya adalah perbandingan simetrisitas bagian
tubuh
• Kedalam pengkajian tergantung pada keluhan
pasien dan riwayat kesehatan serta temuan pemeriksaan fisik dan penunjang
Otot
- Perhatikan kemampuan mengubah posisi, kekuatan dan koordinasi serta ukuran masing2
- Kaji (palpasi) tonus otot, konsistensi atau tegangan pada otot yang sedang istirahat
- Kaji massa otot (disertai pengukuran lingkar paha, betis dan lengan atas)
- Kaji kekuatan otot (skala 0-5): paralisis, paresis, kelemahan parah, sedang ringan, normal)
Tulang:
- Kaji adanya deformitas dan kesejajaran
- Inspeksi adanya abnormalitas/deformitas
tulang
- Ukur
tinggi badan klien dan panjang tiap ekstrimitas sebagai perbandingan
- Inspeksi
kesejajaran kepala dengan tubuh
- Inspeksi dan palpasi kesejajaran
scapula
- Inspeksi & Palpasi kurvatura
spinal thoraksic dan lumbal (kesejajaran &nyeri tekan)
Sendi
- Inspeksi adanya abnormalitas (adanya eritema, edema, efusi) atau deformitas pada
bentuk (kontraktur, dislokasi,
subluksasi)
- Palpasi pada seluruh bagian sendi pada saat
istirahat dan bergerak (N: sendi bergerak secara halus)
- Palpasi adanya nyeri, peningkatan suhu
(inflamasi), krepitasi (permukaan sendi kurang rata), suara gemeltuk (adanya
ligament yang tergelincir diantara tonjolan tulang) pada sendi yang dikeluhkan
- Kaji rentang gerak sendi (ROM) Ã bebas atau terbatas (dengan menggunakan
goniometer)
- Kadang ukuran sendi menonjol akibat atrofi otot
di bagian proksimal dan distal sendi
- Benjolan pada jaringan sekitar sendi ditemukan
pada kasus rheumatoid arthritis, gout, dan osteoarthritis
PENGKAJIAN TAMBAHAN
Cara berjalan
:
- Perhatikan kehalusan dan iramanya
- Setiap gerakan yang tidak teratur/ireguler dianggap
tidak normal
- Penyebab kelainan gaya berjalan: panjang
ekstrimitas bawah asimiteris, keterbatasan gerak sendi, gangguan neurologis
(spastik hemiparese (stroke), propulsive (Parkinson’s), scissors (cerebral
palsy), wadding (hip dislocation), steppage (herniasi disc. Lumbar, GBS, nerve
damage
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1.
Sinar X
Menggambarkan kepadatan tulang, tekstur, erosi dan perubahan hubungan tulang. Sinar-X multipel diperlukan untuk pengkajian paripurna struktur yang sedang diperiksa. Sinar-X korteks tulang dapat menunjukkan adanya pelebaran, penyempitan dan tanda iregularitas. Sinar – X sendi dapat menunjukkan adanya cairan, iregularitas, penyempitan, dan perubahan struktur sendi
2.
CT Scan
Menunjukkan rincian bidang tertentu dan dapat memperlihatkan tumor jaringan lunak atau cedera ligamen atau tendon. CT Scan digunakan untuk mengindentifikasi lokasi dan panjangnya patah tulang di daerah yang sulit dievaluasi, seperti asetabulum. Pemeriksaan dilakukan bisa dengan atau tanpa kontras dan berlangsung sekitar satu jam.
3.
MRI
Teknik pencitraan khusus, non invasif yang menggunakan medan magnet, gelombang radio, dan komputer untuk memperlihatkan abnormalitas, misal tumor atau penyempitan jaringan lunak. Klien yang mengenakan implant logam atau pacemaker tidak bisa menjalani pemeriksaan ini. Perhiasaan harus dilepas, klien yang klaustrofobia biasanya tidak mampu menghadapi ruangan tertutup tanpa penenang
4.
Angiografi
Pemeriksaan sisitem arteri. Suatu bahan kontras radiopaque diinjeksikan ke dalam arteri tertentu, dan diambil foto sinar-X serial sistem arteri yang dipasok oleh arteri tersebut. Pemeriksaan ini sangat baik untuk mengkaji perfusi arteri dan bisa digunakan untuk indikasi tindakan amputasi yang akan dilaksanakan. Perawatan setelah dilakukan prosedur yaitu klien dibiarkan berbaring selama 12-24 jam untuk mencegah perdarahan pada tempat penusukan untuk melihat adanya pembengkakan, perdarahan dan hematoma serta nya pantau ekstremitas bagian distalnya untuk menilai apakah sirkulasinya adekuat.
5.
DSA
Menggunakan teknologi komputer untuk menggambarkan sistem arteri melalui kateter vena. Sedangkan, venogram adalah pemeriksaan sistem vena yang sering digunakan untuk mendeteksi adanya trombosis vena dalam
6.
Mielografi
Suatu pemeriksaan dengan menyuntikkan bahan kontras ke dalam rongga subarakhnoid spinalis lumbal, dilakukan untuk melihat adanya herniasi diskus, stenosis spinal (penyempitan kanalis spinalis) atau adanya tumor. Sementara, diskografi adalah pemeriksaan diskus vertebralis dengan menyuntikkan bahan kontras ke dalam diskus dan dilihat distribusinya
7.
Arthrografi
Penyuntikkan bahan radiopaque atau udara ke dalam rongga sendi untuk melihat struktur jaringan lunak dan kontur sendi. Sendi diletakkan dalam kisaran pergerakannya sementara diambil gambar sinar-X serial. Pemeriksaan ini sangat berguna untukmengidentifikasi adanya robekan akut atau kronik kapsul sendi atau ligamen penyangga lutut, bahu, tumit, pinggul dan pergelangan tangan. Bila terdapat robekan bahan kontras akan mengalami kebocoran keluar sendi dan akan terlihat dengan sinar-X. Perawatan setelah dilakukan artrogram, imobilisasi sendi selama 12-24 jam dan diberi balut tekan elastis. Tingkatkan kenyamanan klien sesuai kebutuhan
8.
Arthrosentesis
Dilakukan untuk memperoleh cairan sinovial untuk keperluan pemeriksaan atau untuk meghilangkan nyeri akibat efusi. Normalnya, cairan sinovial adalah jernih dan volumenya sedikit. Cairan sinovial lalu diperiksa secara makroskopis terkait dengan volume, warna, kejernihan, dan adanya bekuan musin. Secara mikroskopis diperiksa jumlah sel, identifikasi sel, pewarnaan Gram, dan elemen penyusunannya. Pemeriksaan ini sangat berguna untuk mendiagnosis reumatoid artritis dan atrofi inflamasi, serta hemartrosis (perdarahan di rongga sendi) yang mengarah pada trauma atau kecenderungan perdarahan.
9.
Arthroskopi
Merupakan prosedur endoskopi yang memungkinkan pandangan langsung ke dalam sendi. Pemeriksaan ini dilakukan di kamar operasi dan memerlukan anestesi lokal atau umum sebelumnya. Jarum bor besar dimasukkan dan sendi direnggangkan dengan salin. Artroskop kemudian dimasukkan dan struktur sendi, sinovium dan permukaan sendi dapat dilihat. Perawatan yang dilakukan setelah tindakan adalah dengan menutup luka dengan balutan steril. Sendi dibalut dengan balutan tekan untuk menghindari pembengkakan. Kompres es diberikan untuk mengurangi edema dan rasa tidak nyaman.
10.
Skintigrafi tulang
Menggambarkan derajat sejauh mana matriks tulang “mengambil” isotop radioaktif khusus tulang yang diinjeksikan ke dalam sistem tersebut. Pemindai dilakukan empat sampai enam jam setelah isotop diinjeksikan. Derajat ambilan nuklida berhubungan langsung dengan metabolisme tulang. Peningkatan ambilan tampak pada penyakit primer tulang (osteomielitis) dan pada jenis patah tulang.
11.
Termografi
Mengukur derajat pancaran panas dari permukaan kulit. Kondisi inflamasi seperti artritis dan infeksi, neoplasma harus dievakuasi. Pemeriksaan serial berguna untuk mendokumentasikan episode inflamasi dan respons klien terhadap terapi pengobatan antiinflamasi
12.
Elektromiografi
Memberi infoemasi mengenai potensial listrik otot dan saraf yang menyarafi. Tujuannya adalah menentukan abnormalitas fungsi unit motor end. Setelah tindakan berikan kompres hangat untuk mengurangi ketidaknyamanan.
13.
Absorbsiometri foton tunggal dan
ganda
Uji noninvasif untuk menentukan kandungan mineral tulang pada pergelangan tangan atau tulang belakang. Osteoporosis dapat dideteksi dengan menggunakan alat densitometry
14.
Biopsi
Dilakukan untuk menentukan struktur dan komposisi tulang, otot, dan sinovium serta untuk membantu menentukan penyakit tertentu. Tindakan yang dilakukan setelah pelaksanaan prosedur adalah memantau adanya edema, perdarahan dan nyeri. Kompres es dapat diberikan untuk mengurangi edema, bahkan pemberian analgetik untuk mengatasi nyeri.
15.
Pemeriksaan LAB
•
Pemeriksaan
darah dan urine pasien dapat memberikan informasi mengenai masalah
musculoskeletal primer, atau komplikasi yang terjadi sebagai dasar acuan
pemberi terapi. Pemeriksaan darah lengkap meliputi kadar hemoglobin (biasanya
lebih rendah apabila terjadi perdarahan karena trauma), dan hitung darah putih.
Sebelum dilakukan pembedahan, periksa bekuan darah untuk mendeteksi
kecenderungan pendarahan. Karena tulang merupakan jaringan yang sangat
vaskuler.
•
Pemeriksaan
kimia darah memberikan data mengenai berbagai macam kondisi muskuloskeletal,
kadar kalsium serum berubahpada osteomalasiya fungsi paratiroit, penyakit
paget, tumor tulang metastasis, dan pada imobilisasi lama. Kadar fosfor serum
berbanding terbalik dengan kadar kalsium dan menurun pada rikets yang
berhubungan dengan sindrom malapsorpsi. Fosfatase asam meningkat pada penyakit
paget dan kangker metastasis.fosfatase alkali meningkat selama penyembuhan
patah tulang dan pada penyakit pada peningkatan aktifitas osteoblas.
•
Metabolisme
tulang dapat dievaluasi melalui pemeriksaan tiroid dan penentuan kadar kalsitosin,
gormon paratiroid, dan vitamin D. kadar enzim serum keratin kinase (CK) dan
serum glumatic-oxaloacetic transeminase (SGOT, aspartae aminotransferase)
meningkat pada kerusakan otot. Aldolase meningkat pada penyakit otot (mis.
distrofi otot dan nekrosis oto skelet). Kadar kalsium urine meningkat pada
destruksi tulang (disfungsi paratiroid, tumor tulang metastasis, myeloma
multiple).
1.
Dx Keperawatan : Gangguan mobilitas fisik berhubungan
dengan nyeri.
Tujuan : Klien dapat melakukan gerak dan ambulasi.
Kriteria Hasil : Meningkatkan / mempertahankan / mamperhatikan morilisasi pada tingkat paling tinggi.
Intervensi
· Observasi tingkat mobilisasi.
· Membantu/intruksikan klien untuk latihan gerak aktif pasif pada ekstremitas yang sakit maupun yang tidak sakit.
· Mendekatkan alat-alat yang dibutuhkan klien.
· Kolaborasi dengan ahli fisioterapi dalam pemberian terapi.
2.
Dx Keperawatan : Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan
dengan trauma jaringan sekunder
terhadap pembedahan
Tujuan : Kebutuhan rasa nyaman terpenuhi.
Kriteria Hasil : Nyeri hilang atau berkurang
Intervensi
- Evaluasi keluhan nyeri, lokasi, karakteristik dan intensitas nyeri
- Memberikan posisi senyaman mungkin pada pasien
- Mengajarkan teknik relaksasi nafas dalam.
- Kolaborasi pemberian analgesik.
DAFTAR PUSTAKA
Lukman.
Ns dan Ningsih Nurna. 2009. Asuhan
Keperawatan pada Klien dengan gangguan
sistem
muskuloskeletal. Jakarta : Penerbit Salemba Medika
Taylor.
M. Cyntia. 2010. Diagnosis Keperawatandengan
Rencana Asuhan Keperawatan.
Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC
Wylie.
Linda. 2010. Esensial Anatomi dan Fisologi
dalam Asuhan Keperawatan dalam
Asuhan
Marternitas. Jakarta : EGC.
Setiadi.2007.Anatomi dan Fisiologi Manusia.Yogyakarta:
Graha Ilmu
Suddarth,Brunner.2001.Keperawatan Medikal-Bedah edisi 8 vol.5.Jakarta:
EGC
Tank,Patrick
W,Thomas R.Gest.2009.Atlas Anatomi.Jakarta:
Airlangga